Minggu, 26 September 2021

Jadi dipanggil Pak Guru.

Jadi dipanggil " Pak Guru ".


      Awalnya aku hanyalah seorang suami yang bekerja serabutan, sedangkan istriku sebelum menikah denganku bekerja mengajar menjadi guru, di sebuah sekolah kejuruan swasta di kawasan Cakung Jakarta Timur. Saat menikah aku sudah bekerja sebagai Captain pada dunia kehidupan malam di sebuah Diskotik dan karaoke di bilangan Jakarta Pusat. Selain itu aku mengajar disela sela waktu menjadi Pelatih Ekstrakurikuler di sekolah sekolah setingkat SMA, Ekstrakurikuler Bela Negara yang setiap hari Senin dan Sabtu mengibarkan dan menurunkan Bendera Merah Putih, " Ya, Paskibra ", karena aku begini ini mantan Paskibraka Indonesia di tingkat kota Jakarta Timur pada tahun 1988, meskipun cuma sebagai anggota pasukan 45. Selain pekerjaan itu, tugas yang lainnya ya antar jemput istri, karena kami tinggal di Cilangkap, sementara istriku mengajar di Cakung, pergi bareng maling pulang kata orang, pulang ngga liat matahari.

            Waktupun berjalan, sampai akhirnya istriku meminta agar aku kuliah lagi menjadi guru agar sama seperti dia, semula aku ragu mengingat usiaku sudah tidak muda lagi, pada saat aku kuliah tahun 2011 usiaku menginjak 41 tahun, usia yang sudah tidak muda lagi, tapi masih punya semangat. Istriku memberikan alasan aku menjadi guru, agar banyak waktu bersamanya, juga bersama anak anak jika kami memiliki anak. Tahun itu di 2011, istriku melahirkan seorang anak putra, namun disaat itu setelah pulang dari perawatan usai melahirkan, harus masuk diklat menjadi PNS setelah lulus CPNS, kebingungan aku menghadapi masalah ini, nanti siapa yang merawat dan menyusuinya, untunglah ibuku, ibu kandungku bersedia merawat anakku, akhirnya karena tidak menyusui kami menggunakan susu formula pengganti ASI. Setelah istriku selesai mengikuti diklat, nah saat itulah istriku memintaku untuk kuliah, maka akupun langsung mendaftar di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta ambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, karena kata istriku lagi banyak dibutuhkan guru Bahasa Inggris, ditambah background pekerjaanku pernah kerja di hotel dan karaoke, jadi sering ketemu bule dan pastinya bisa berbahasa Inggris, namun dalam hati " boro boro bisa ngomong cas cis cus, ngerti juga kagak "kataku.
Jadilah aku kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan harapan setelah lulus bisa langsung menjadi guru bahasa Inggris, aku ambil jadwal kuliah karyawan, jadi aku kuliahnya malam.Alhamdulillah 4 tahun sudah kujalani masa kuliah dengan nilai normal normal saja alias ngga pernah dapat nilai " D " setiap ujian, jadi ngga ngulang semester.Kehidupan masa kuliah tidak jauhlah berbeda dengan teman teman yang kuliah, bedanya aku karena paling tua diantara teman teman sekelas, jadilah aku ketua kelas sejak semester III.

            Tanggal 16 Januari 2016 ( nomer cantik 16-01-2016 ) menjadi hari spesial karena diwisuda menjadi S.Pd dibelakang namaku. Aku kini menjadi Guru Bahasa Inggris. Setelah itu muncullah apa yang menjadi musuh utama sesorang yang telah menjadi Sarjana, yaitu mencari kerja sesuai dengan gelar yang dimiliki. Selang tiga minggu sejak diwisuda, saya ditawari oleh teman sekelas yang sudah melamar di sekolah dasar, karena yakin tidak di terima karena tidak ada panggilan lanjut setelah test microteaching dari kepala sekolah bersangkutan, akhirnya saya ditawari, saya terima tawarannya. Begitu menerima tawaran teman, yang pertama saya lakukan mencari sekolah tersebut, datang tanpa membawa lamaran. Begitu ketemu sekolah yang dituju, akhirnya bisa langsung ketemu dengan Kepala sekolah, karena cuma dikasih alamat sekolah, yang saat saya tiba disekolah tersebut, terpampang nama sekolah Sekolah Dasar Negeri 20 Jakarta Timur.Begitu ketemu Ibu Dewi Triana, dipanggil Bu DT setelah saya diterima mengajar. Saya tanyakan, "apakah betul Ibu membutuhkan Guru Bahasa Inggris ?", aku cuma menatapnya setelah menanyakan hal tersebut. " Iya, betul, kok bisa tau saya perlu guru untuk mengajarkan Bahasa Inggris ?". Saya mendapatkan info dari teman saya dengan menyebutkan nama teman saya tersebut. " Oh, iya, memang dia tidak kami terima, karena rumahnya jauh, seorang perempuan pula, ditambah fisik teman perempuan saya itu agak pincang, begitu penjelasan Ibu DT kepadaku." Apakah Bapak sudah bawa lamaran ? tanya beliau. saya jawab " belum bu, saya hanya menegaskan info dari teman saya tersebut"." Oke, silahkan besok Bapak datang lagi bawa lamaran dan langsung test microteaching di kelas 1, ya pak !". Tanpa pikir panjang, saya terima. Dan saya langsung ijin pamit pulang untuk menyiapkan segala sesuatunya yaitu lamaran pekerjaan dan kesiapan microteaching di kelas 1. Kelas 1 " wow, tantangan luarbiasa, ngga kepikir bahwa saya akan mengajar di SD, sudah itu ngajarin kelas 1 Bahas Inggris.!!!". 

            Baik sebelum aku melanjutkan tulisan ini, perkenalkan aku Widy Kaneko Putro, anak ke-3 dari 4 bersaudara, laki laki semua, namun kakakku yang kedua meninggal karena sakit sebelum aku lahir, jarak aku dengan kakakku yang pertama 4 tahun. Ayahku bekerja sebagai montir roda empat alias kerja dibengkel milik sahabat ayahku. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, namun gigih dan ulet, selagi masih remaja sudah ikut nenek buyutku berjualan, ibuku cuma lulusan SMP, namun begitu aku bangga dengan ibuku, karena kerja kerasnya membuat kakakku dan aku bisa sekolah dengan baik, untungnya aku dan kakakku lumayan pintar jadi sekolahnya dari SD sampai SMA sekolah Negeri, karena kami sadar kami ingin mengangkat derajat orangtua. Tapi keluargaku disekitar rumah termasuk keluarga yang dicontoh, makanya ibuku bekerja keras sehingga berhasil memberikan pendidikan yang terbaik yang artinya tidak putus ditengah jalan, sampai akhirnya kakaku diterima di Universitas Diponegoro Semarang, sebelumnya sudah diterima di Politeknik UI yang kampusnya di Kampung Cina Depok, kemudian ikut sipenmaru atau sistem penerimaan mahasiswa baru, akhirnya diterima di Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah, maaf aku lupa tahunnya, karena aku sudah ikut sipenmaru juga tapi ngga diterima karena nilai, yah terpaksa setelah lulus SMA selesai ikut Sipenmaru nyari kerja akhirnya dapat juga pekerjaan di pabrik kertas di kawasan Citereup Gunung Putri Bogor, sebuah pabrik kertas ternama. Oh ya, saudara terkecilku lahir setelah aku lulus dari SMP dan baru duduk dikelas 1 sekarang kelas 10 di SMA Negeri 50 Jakarta, karena lahir dari darah orangtua yang sama tentunya adikku juga sekolah mulai dari SD sampai SMA juga di Negeri. 

3 komentar:

  1. There will always be the first time for everything. Life is a never ending struggle ya pak Widy. All the success for you, fighting!!

    BalasHapus

Yuk Cegah Cyber Bullying

Pertemuan ke-4 Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital Grup 6 ( GMLD6 ). Senin, 8 November 2021. Materi                         : Yuk Cega...